Umat Islam seluruh dunia dalam hitungan
hari lagi akan merayakan hari Iedul-Qurban. Para jama’ah haji sibuk dengan
ritual melempar Jamarat setelah sehari sebelumnya wuquf di padang Arafah. Pada
saat para jama’ah haji wuquf di padang Arafah, mereka yang tidak berkesempatan
untuk menunaikan Ibadah haji disunnahkan untuk melaksanakan puasa sehari di
hari Arafah (9 Dzulhijjah) dan menyembelih Hewan Qurban pada Iedul-Qurban (10
Dzulhijjah).
Ibadah Qurban pada hakekatnya
mengikuti sunnah Keluarga besar Nabi Ibrahim as Keluarga tauhid yang lurus yang
telah memberikan contoh sempurna dalam menghambakan diri kepada Allah. Ada
beberapa hikmah keteladan yang perlu kita fahami.
Yang pertama dari Hajar, istri Nabi
Ibrahim, kita dapat belajar keikhlasannya dalam mengorbankan putra satu-satunya
yang tercinta, setelah sekian lama bersusah payah dalam mengandung dan
melahirkan, dilanjutkan dengan berbagai kesusahan untuk mempertahankan hidup
putranya yang ditinggal suaminya di tengah padang pasir yang kering kerontang.
Ibu mana yang hidup di jaman modern
ini yang akan merelakan anaknya disembelih suaminya yang katanya atas perintah
Allah. Hajar, yang karena keimanannya yakin betul bahwa suaminya tidak akan
menyalahi perintah Allah, merelakan anaknya disembelih untuk memenuhi seruan
Allah. Keikhlasan Hajar dalam mengorbankan putranya dapat dijadikan teladan
bagi para ibu dalam menumbuhkan jiwa berkorban.
Dari Isma’il sendiri kita dapat
belajar bagaimana seorang anak muda karena keimanannya rela mengorbankan
nyawanya karena Allah. Ketika ayahnya menyampaikan kepadanya perintah Allah
untuk menyembelihnya, Isma’il menjawab (QS 37: 102): “Ya abatif’al ma tu’maru
satajiduni insya Allahu minashshabirin” (Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah
kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar)
Maka tatkala anak itu sampai (pada
umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku
sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah
apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan
kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”.
Subhanallah, andaikan perintah itu
disampaikan kepada anak muda jaman sekarang mungkin ayahnya sudah dituduh gila.
Bahkan bukan tidak mungkin ayahnya terlebih dahulu akan dibunuh oleh anaknya.
Hanya orang-orang yang mempunyai keimanan dengan landasan tauhid yang kuat yang
rela mengorbankan nyawanya karena Allah. Sikap seperti inilah yang mestinya
diteladani oleh setiap orang beriman.
Nabi Ibrahim as, Nabi yang terkenal
karena kelurusan tauhid dan kecerdasan akalnya, telah membenarkan perintah
Allah untuk menyembelih anaknya. Dia tidak pernah mempersoalkan perintah yang
nampak tidak masuk akal itu dan tidak pernah meragukannya. Dia korbankan
kecerdasan akalnya untuk mendahulukan perintah Allah.
Di jaman modern manusia terjebak
kepada pendewaan akal. Sains dan teknologi seolah muncul sebagai kekuatan baru
yang dipertuhan. Padahal semua itu adalah makhluk Allah. Allah telah
menciptakan sunnatullah yang memungkinkan manusia untuk mengembangkan sains dan
teknologi. Manusia mestinya memanfaatkan akal, sains dan teknologi untuk
menghambakan diri kepada Allah.
Bukan justru sebaliknya berbuat
syirik, menuhankan akal, sains dan teknologi disamping Allah. Sikap Nabi Ibrahim
as yang mendahulukan wahyu dari pada akal tersebut tetap relevan untuk
dijadikan teladan dalam kehidupan di abad modern ini.
Qurban yang kita laksanakan selama
ini yakni dengan menyembelih hewan Qurban dan membagikannya kepada keluarga,
orang-orang fakir dan orang-orang yang meminta lebih bermakna simbolis. Besar Qurban
yang kita keluarkan tidak seberapa jika dibandingkan dengan pengurbanan yang
dilakukan oleh keluarga besar Nabi Ibrahim as. Dengan memahami ilmu dan
mengikuti keteladannya kita berharap untuk dapat mewarisi sikap mendahulukan
Allah dari pada yang lain.
Disamping itu dengan melaksanakan Ibadah
Qurban ini diharapkan akan tumbuh jiwa kedermawanan dalam diri setiap orang
yang berQurban. Kedermawanan ini sangat peting dalam mendukung kesuksesan
dakwah Islam. Maka pantas kalau Rasulullah SAW bersabda bahwa tidak ada amal
anak Adam yang paling disukai Allah pada hari Raya Qurban selain daripada
menyembelih Qurban. (HR Ibnu Majah dan Tirmidzi)
Sumber
: http://www.mta-online.com/
EmoticonEmoticon