Mungkin
masih banyak diantara kita yang masih asing dengan kata ini. But, tidak ada
ruginya untuk mengetahui, dari pada tidak sama sekali, terutama buat kamu yang
ngaku sebagai muslimah.
History
of International Hijab Solidarity Day (IHSD) dilatar belakangi oleh Keputusan
pemerintah London yang melarang mahasiswa untuk memakai simbol – simbol
keagamaan, sehingga banyak kaum muslimin yang memprotes keputusan ini. Hal ini
merugikan wanita, khususnya muslimah yang harus menutupi diri dengan hijab yang
longgar, oleh karena itu lahirlah KONFERENSI London pada tanggal 4 september
2004 yang di hadiri oleh :
-
Syeikh Yusuf Al – Qardawi
-
Prof Tariq R , dan
-
Di hadiri oleh 300 delegasi dari 102 Organisasi Inggris dan Internasional.
Hasil
dari Konferensi London adalah:
1.
Menetapakan Dukungan terhadap jilbab
2.
Penetapan 4 September sebagai Hari solidaritas jilbab Internasional(IHSD)
3.
Rencana Aksi Untuk Tetap Membela hak wanita Muslim mempertahankan busana taqwa
mereka.
Konferensi
Pro-Hijab yang berlangsung di ibukota Inggris, London, berakhir dengan sebuah
petisi dukungan terhadap jilbab. Seluruh peserta konferensi juga sepakat
menetapkan hari solidaritas jilbab internasional, dan rencana aksi untuk tetap
membela hak wanita Muslim mempertahankan busana taqwa mereka.
Karena
para mahasiswa/pelajar Muslim di seluruh Eropa akan kembali ke sekolah pada
saat itu. Para peserta juga bersumpah akan tetap berjuang membela para gadis
muda Muslim yang mendapat perlakuan diskriminatif masyarakat barat hanya
lantaran jilbab mereka.
Selanjutnya
konferensi mencetuskan rencana aksi untuk mengokohkan rekomendasi konferensi
pro-hijab London tersebut. Di antaranya dengan menyerukan para kaum terpelajar
tentang pentingnya hijab bagi wanita Muslim, melalui seminar-seminar dan
publikasi media-media massa.
Koordinator
Pro-Hijab, Abeer Pharaoh, mengungkapkan pada IslamOnline.net (IOL), bahwa
seluruh peserta konferensi telah membahas soal larangan hijab, implikasi dan
dampaknya terhadap masyarakat Eropa.
Mereka
juga bersepakat akan mengorganisir upaya-upaya individu dan
organisasi-organisasi di Eropa, serta di seluruh dunia, untuk mempertahankan
hak berjilbab bagi wanita Muslim.
Abeer
juga menggarisbawahi, bahwa majelis hijab telah menerima dukungan banyak
organisasi-organisasi Muslim maupun non-Muslim dari berbagai keyakinan dan
komunitas yang berbeda. Dukungan, lanjutnya, juga mengalir dari sejumlah
anggota parlemen Inggris dan parlemen Eropa. Kampanye ini bukan hanya
untuk wanita Muslim semata.
Konferensi
yang dibuka walikota London, Ken Livingstone itu, diikuti 300 delegasi, mewakili
102 organisasi-organisasi Inggris dan internasional. Dia menegaskan, bahwa yang
mengambil keuntungan dari larangan berjilbab, hanyalah kelompok ekstrimis kanan
dan kaum fasis. Sebelumnya, lanjut Livingstone, target serangan kelompok itu
adalah orang-orang hitam (Negro), Yahudi, dan komunis. Ini bukan yang pertama
kali Livingstone menjadi tuan rumah Konferensi Hijab, yang telah menjadi isu
sentral di Eropa belakangan ini. Februari silam, dia membela dengan gigih
hak-hak wanita Muslim mengenakan jilbab, dengan mengirimkan isyarat baik ke
negara-negara Dalam surat itu Livingstone menggarisbawahi, bahwa
bentuk diskriminasi apapun terhadap kebebasan beragama Muslim akan berdampak
negatif pada mereka. Selama berlangsung konferensi Pro-Hijab, Livingstone bersumpah,
bahwa penempatan tenaga kerja di London, tidak akan didasari pada latar
belakang etnis maupun agama.Eropa, khususnya Perancis. Livingstone mengirim
sepucuk surat pada PM Perancis, Jean Pierre Raffarin.
Sumber : www.islamedia.web.id
EmoticonEmoticon