Rabu, 25 Juli 2012

Aku Malu Pada Ramadhan

Tags


Ramadhan sudah datang dan Rasullulah bersukacita karena pada bulan ini seluruh berkah turun ke bumi bagai hujan yang tak kenal henti. Bahkan tidur pada bulan ini pun mendapatkan berkah. Ramadhan adalah bulan ceria karena malaikat-malaikat turun ke bumi dan memberikan doa kesejahteraan dan kedamaian “salamun hiya hatta mathla’il fajar”

Tetapi aneh Ya Rabb, Saya tak bisa langsung menemukan sukacita itu. Hal pertama yang terasa ketika Ramadhan datang adalah rasa malu. Ramadhan tahun ini adalah Ramadhan yang kesekian kali, tahun lalu pun saya mengalami Ramadhan dan saat itu saya sudah tahu bahwa Ramadhan adalah bulan training. Puasa diantaranya, dilakukan agar saya dapat melatih diri, hidup dengan mengendalikan hawa nafsu.

Tetapi setelah satu bulan Ramadhan tahun lalu Ya Rabb, saya tak pernah memahami kata syawwal. Syawwal berarti “bertumbuh” atau “bertambah”. Bila syawwal berarti “bertumbuh”, berarti Ramadhan adalah saat menanam, sebulan penuh saya menanam dan menata seluruh perilaku sesuai dengan kehendak dan aturan Allah. Bila syawwal berarti “bertambah”, berarti Ramadhan adalah saat menabung modal.

Melalui Ramadhan, kesadaran saya diisi dengan nikmatnya beribadah secara berjamaah, sekeluarga, dan sekampung halaman. Namun setelah syawwal datang, pada tahun lalu, pertumbuhan dan pertambahan itu saya lupakan, saya lebih tertarik untuk mengenakan baju baru, makanan segar di pagi hari, dan kembali membicarakan orang, Astagfirullah Ampuni saya Ya Rabb !!!.

Saya malu Ya Ramadhan. Hati ini tidak persis seperti sebuah cermin, yang di usap debunya selama Ramadhan dan menerima kebeningan pada bulan-bulan lainnya. Hati ini persis sebuah bendungan yang menahan gejolak nafsu sebulan penuh, lalu jebol pada tanggal 1 Syawwal.

Namun, diam-diam ada juga rasa sukacita mungkin dengan kadar yang lebih rendah dari sukacitanya panutan kangjeng kita Nabi Muhammad SAW. Sukacita itu berasal dari kesempatan yang diberikan Allah, kesempatan untuk ikut kembali training agung ini. Terima kasih Allah, engkau Guru yang Maha Guru. Kalua lah Engkau guru biasa, tentu sudah lama Engkau memarkir hamba dari training tahun ini alias Wafat.

Seorang murid yang terus-menerus tidak lulus dan membandel biasanya akan diskors atau dianggap tidak layak mengikuti program. Namun Engkau, Mahaguruku, begitu Kasih dan Pengampun pada murid yang Bengal sekalipun Engkau masih tawarkan training agung ini, sekali lagi! Subhannallah, alasan apa lagikah bagi saya untuk tidak mensyukuri kehendak-Mu!, saat menyadari rasa sukacita ini, saya melonjak-lonjak ketika mendengar seruan Hai Orang yang beriman diwajibkan atas kamu Berpuasa.. “Ya..saya mau beriman, saya mau berpuasa, saya mau dibasuh agar menjadi tawakal!” Saya melonjak-lonjak seperti seorang anak kecil yang diberi hadiahi oleh gurunya.

Wallahu a'lam...


EmoticonEmoticon